Friday, January 14, 2005

Kehidupan: Night-Day

"I often think that the night is more alive and more richly colored than the day" -Vincent Van Gogh.

Aku melirik tulisan itu di atas sebuah lukisan Vincent Van Gogh, pada sebuah pameran di sebuah museum di Atlanta. Shenny, Bu Tin, Sisca dan Crist menemaniku.
Ketika hari ini kubaca lagi, tulisan Van Gogh itu terasa masih powerful.

Memang siang selalu pucat. Pucat karena benderang mentari menelanjangi keanggunan dan kehangatan misteri. Pucat karena setiap tubuh dan jiwa hanya jadi mesin produksi keringat dan barang, atau jasa. Pucat karena wajah kemanusiaan dihimpit kesibukan kerja dan produksi. Pucat karena hati dan jiwa dibuat terdiam dan layu oleh ambisi dan keinginan yang tak kunjung tidur.

Sementara Malam? Inilah saat untuk mentransendensi diri. Saat berhimpun dengan teman, berkumpul, bercanda, menikmati terang, menikmati sunyi atau nyanyi. Meneguk kehidupan untuk menyuapi dahaga hati dan jiwa kemanusiaan.

Malam lebih benderang, warna-warni, dan hidup, karena di sanalah kita "celebrate" kemanusiaan dan kehidupan.

Nang, Chicago